Indikator kualitas air limbah

Setiap bahan yang mampu dioksidasi yang ada di saluran air atau air limbah industri akan dioksidasi secara biokimia oleh bakteria, atau secara kimiawi. Akibatnya adalah kadar oksigen di dalam air akan berkurang. Secara umum, reaksi biokimia oksidasi adalah sebagai berikut:

Bahan yang mampu dioksidasi + bakteri + nutrisi + O2 → CO2 + H2O + Bahan anorganik teroksidasi seperti O3 or SO4

Konsumsi oksigen oleh bahan kimia yang tereduksi seperti sulfida dan nitrit, adalah sebagai berikut:

S + 2 O2 → SO4
NO2 + ½ O2 → NO3

Karena semua saluran air secara alami mengandung bakteri dan nutrisi, hampir semua komponen sampah yang masuk akan mengalami reaksi biokimia seperti di atas. Reaksi biokimia tersebut adalah yang diteliti di laboratorium sebagai kebutuhan oksigen biologis (BOD). Berbagai bahan kimia juga mampu bereaksi akibat bahan oksidator kuat dan reaksi kimia ini diukur di dalam laboratorium sebagai kebutuhan oksigen kimiawi (COD). Baik uji BOD maupun COD adalah ukuran efek pengurangan kadar oksigen akibat kontaminasi sampah. Keduanya diadopsi sebagai ukuran efek polusi terhadap lingkungan, karena kadar oksigen yang berkurang meyebabkan makhluk hidup yang biasa hidup di air, menjadi semakin sulit ditemukan.

Indikator lainnya yang juga digunakan yang merupakan indikator yang terihat sebagai hasil reaksi maupun kondisi awal air limbah seperti temperatur, pH, kadar garam, kadar logam berat, kadar bahan padat terlarut, tingkat kejernihan air, bau, dan sebagainya.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Limbah cair paling baik diolah oleh IPAL REDOX dari PT. RHM.

Share this: